Kemarin lusa aku mengikuti acara Sekolah Penerus Bangsa yang diadakan oleh BEM Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang itu tempatnya di Korem Surakarta. Dari awal aku sudah di amanahi dan di percaya oleh teman-teman kelompokku untuk menjadi ketua kelompok dari tari melinting, memang awalnya berat karena kita belum saling mengenal satu sama lain. Tapi setelah kami kenal, hanya ada kata betah dan nyamanlah yang terungkap di bibir ini. Kami dikorem saling bercerita dan bercanda satu sama lain, kami juga tidak menutup diri dengan hanya ngobrol dengan kelompok kami sendiri, kami juga dekat dan saling bercanda dengan kelompok lain yang itu membuat kami tambah dekat juga tambah ilmu dari orang-orang kelompok lain yang kami ajak ngobrol.
Di sana kami mendapat banyak sekali pengalaman yang tidak akan pernah bisa dibeli dengan uang. Kami belajar yang namanya kebersamaan, kerja sama, dan kekompakan. Kami juga mendapatkan materi yang dibrikan oleh mas hasan yang sekarang sedang melnjutkan kuliah s2 nya di UGM. Beliau bela-belain datang untuk menemui kami dan mengisi acara, padahal beliau sendiri sedang disibukkan oleh tuga-tugas. Apalagi waktu beliau di hari itu sedang tabrakan jadwal dengan praktikum kuliahnya. Tapi tetap saja beliau berusaha datang tetap waktu. Mas Hasan mengajari kepada kita SWOT, yaah itu semacam doktrin yang kita pegang supaya kita tau apa kelebihan dan kekurangn kita, supaya kedepannya kita bisa lebih maju lagi. Bukan Cuma itu aja, Mas Hasan juga bercerita tentang pengalaman beliau sewaktu masih aktif-aktifnya organisasi di jenjang S1 nya. Beliau sadar kalau jargon atau sumpah yang sering diucapkan mahasiswa Indonesia yang berbunyi “hidup mahasiswa!!!” dan “hidup rakyat Indonesia!!!” itu mempunyai arti, harapan dan juga beban yang sangat besar. Beliau telah berjanji untuk tidak menyebutkan jargon tersebut sebelum beliau di wisuda S2 dan telah membuat perubahan besar Indonesia atau daerah tempat tinggalnya. Karena kenapa? , yaah karena beliau sadar saat kita mengucapkan “hidup mahasiswa!!!” dan “hidup rakyat Indonesia!!!” itu bukan hanya sekedar kita mengucap belaka, tetapi kita juga harus mengayomi masyarakat Indonesia sendiri serta membuat perubahan yang bermanfaat di masyarakat tempat kita berada. Jadi saat kita sudah lantang berteriak 2 kalimat tadi, itu berarti kita juga sudah siap untuk melakukan perubahan besar yang bermanfaat untuk masyarakat di tempat kita berada.
Beliau Mas Hasan juga berpesan kepada kita agar kita harus membuat kebiasan yang berbeda saat kuliah. Berbeda dalam arti, kebiasaan yang biasanya kita jelek diwaktu SMA itu kita rubah saat kita berada di bangku kuliah. Pelajaran ini terutama di peruntukkan anak-anak yang masih tinggal dengan orang tuanya. Karena dari pengalaman Mas Hasan sendiri, orang yang tinggal dengan orang tuanya dan orang yang tinggalnya pisah dari orangtuanya itu kedewasaannya sangat terlihat perbedaan yang signifikan. Karena kenapa? , yaah karena yang tinggalnya sudah pisah dari orang tuanya dia sudah terbiasa untuk hidup memanaj waktunya sendiri tanpa harus dia disuruh-suruh oleh orang tuanya. Maka dari itu beliau berpesan begitu kepada kami. Tapi juga beliau menyuruh kami yang tinggal di kost-kostan untuk tidak berdiam diri di dalam kamar. Kita diharuskan keluar untuk tahu kabar masyarakat di daerah kost kita. Jangan kita yang selalu aktif di organisasi kampus kok malah dimasyarakatnya melempem. Kita itu tujuan organisasi untuk belajar caranya terjun langsung ke masyakat bukan malah aktif di organisasi kampus tapi di waktu lingkungan masyarakat kita hanya menutup diri di kamar atau di kesibukan kita masing-masing.
Bukan hanya pelajaran dari mas hasan yang kita dapat. Kita juga mendapatkan pelajaran berharga dari Mas Edo Rhardi Pratama. Beliau dari IPB, dan beliau sharing banyak sekali ilmu dari kehidupan yang beliau jalani. Dari yang kuliah hanya bermodal tangan kosong dan juga perjuangan hidup beliau sewaktu kuliah diimbangi dengan berkerja saa beliau berada di bogor. Bukan main ternyata, dalam waktu kurun waktu kurang dari satu tahun, beliau sudah bisa membeli laptop dan mulai bisa mencicil motor. Yaah, karena beliau di IPB mengambil teknik informatika, jadi laptop sudah jadi hal yang wajib untuk beliau, juga motor yang sangat penting untuk mondar-mandir saat kesibukan di bangku kuliah. Beliau mas Edo menjelaskan tentang “peran mahasiswa saat ini”. Beliau menjelakasan perbedaan mahasiwa dengan siswa kepada kita. Jadi perbedaan antara mahasiwa dengan siswa adalah tentang komitmennya. Jika mahasiswa itu harus sudah memantapkan komitmennya kedepan dia harus berbuat apa dan itu harus focus. Mahasiswa juga harus lebih mandiri dan tanggung jawab serta pandai mengatur diri sendiri. berbeda dengan siswa, siwa komitmennya masih berubah-ubah, masih belum bisa mandiri dan tanggung jawab penuh terhadap dirinya sendiri dan itulah yang membuat berbeda antara mahasiswa dan siswa.
Mas Edo juga menjelaskan kepada kita. Sebagai mahasiswa, kita adalah agent of change. Apa itu agent of change? , agent of change adalah agen perubahan untuk membangun dan memupuk kesadaran di masyarakat. Jadi sebagai agent of change, kita itu bertugas sebagai jembatan dari aspirasi masyarakat yang suaranya terhenti di tengah jalan, dan itulah tugas kita sebagai mahasiswa untuk meneruskan suaranya yang terhenti di tengah jalan kita lanjutkan sampai yang dituju tahu bahwa masyarakat butuh ini dan itu. Sebagai mahasiswa kita juga diwajibkan mempunyai social control yang baik, social control yang yang baik dalam arti harus beraksi pada yang benar dan tidak boleh membuat provokasi suatu permasalahan agar jadi ricuh. Selain agent of change dan social control, peran kita sebagai mahasiswa juga harus membari suri tauladan yang baik dilingkungan sekitar kita. Dan closing statement dari Mas Edo adalah “tidak ada pilihan yang salah, yang ada adalah pilihan yang terbaik.”
Kalau tadi sudah dapet penjelasan dari Mas Hasan dan Mas Edo. Pembicara yang satu ini gak kalah bagus yaitu dari Mas Dika Pratama. Beliau dari alumni fakultas pertanian UNS. Motto beliau adalah “hidup mulya menebar kebaikan” . beliau disini menjelaskan kepada kita tentang apaitu menulis dan beliau menerangkan tema “Menulis bukan untuk menulis” . bangsa titik awal setiap dijiwai, maka kata mudah diucapkan namun sulit dipertanggung jawabkan. Beliau Mas Dika menjelaskan kalau manusia harus memenuhi 3 hal yaitu:
-Keadilan
-Lingkungan
-Persatuan
Mas Dika juga menjelaskan tentang tulisan yang baik itu bagaimana. Jadi tulisan yang baik itu adalah:
- Mudah dimengerti
- Komunikatif
- Sesuai konteks dan keutuhan
- Memenui standar etika dan keadilan
Selain menjelasakan tentang penulisan. Beliau juga juga memberikan masukan agar kita mendengarkan semua hal dan menyaring dengan kesadaran akal. Cara mengoptimasi pandang (menurut sabrang “nceletto”)
1. Sudut pandang sudut yang luas
2. Cara pandang
3. Jarak pandang ditarik benang merah ada feedback
4. Resolusi pandang tingkat pemahaman terhadap suatu masalah
To be continued
No comments:
Post a Comment